Teknologi VR Terobosan Metode Pembelajaran di SMK


Kamis, 27 Desember 2018
Jakarta - startup rintisan Telkom tengah mengembangkan bisnis intinya, virtual reality (VR) ke ranah pendidikan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Chief Technical Officer (CTO) SmartEye Fahmi Ramadani mengatakan versi beta VR yang dikembangkan piigaknya ditargetkan dapat diujicoba di beberapa SMK di wilayah Jabodetabek pada pertengahan 2019. Jurusan yang berpotensi dilakukan uji coba pertama kali antara lain teknik mesin/otomotif, sipil/bangunan, dan arsitektur/desa interior.
Fahmi menjelaskan dengan VR, siswa bisa melakukan simulasi terkait di bidang kerjanya. Sebagai contoh, VR memungkinkan siswa jurusan teknik dapat melihat mesin dari berbagai sudu pandang (atas, bawah, kiri, dan kanan). Dapat juga memutar mesin di udara dengan zoom in dan zoom out.
"Terlebih lagi, siswa juga bisa melihat bagian dalam mesin, dan mempreteli komponen-komponen mesin. Seolah, mesin tersebut terlihat transparan. Bahkan, bisa melihat aliran fluida di dalamnya." ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/12/2018).

Ia menambahkan, para pelajar pun bisa menyimulasikan mesin dalam kondisi menyala untuk melihat getaran dan merasakan suaranya.

"Karena ini Virtual Reality, kemungkinan pengembangan kontennya hampir tidak terbatas. Yang perlu dan akan kami lakukan saat ini adalah berdiskusi dengan pihak-pihak terkait terutama dari bidang pendidikan mengenai bentuk apa yang paling dibutuhkan dalam penggunaan VR dan bisa diterima oleh pelajar," tuturnya.
Dibandingkan dengan pengadaan alat praktikum yang memerlukan biaya cukup besar, VR dari SmartEye menawarkan konten yang dapat diduplikat dan digunakan di banyak sekolah sekaligus, sehingga terbilang lebih efisien.

"Di SMK otomotif, mesin yg harus dipelajari ada banyak. Kalau semua SMK harus membeli semua jenis mesin tersebut, biayanya akan mahal sekali," pungkasnya.

Sebelumnya, VR dari SmartEye digunakan oleh beberapa manufaktur untuk melatih karyawannya di bidang safety, pengenalan lingkungan pabrik, dan lain-lain. Dari situlah, SmartEye terinspirasi untuk memperluas cakupannya di bidang pendidikan.

"Untuk jenis VR headset yang digunakan, kebetulan tahun 2019 produsen headset Oculus akan launch produk barunya, Oculus Quest. Kita menargetkan untuk memakai Oculus Quest tersebut, di samping headset Oculus Go yang sekarang sudah ada di pasaran,"ujar Fahmi.

Dalam pembuatannya, tools software yang digunakan adalah Unity Engine. Sementara hardwarenya menggunakan Oculus Go, Oculus Rift, dan Leap Motion sensor.

Fahmi mengemukakan, untuk skema pembiayaannya, SmartEye berupaya menekan cost di setiap SMK sekecil mungkin.
"Saat ini kami sedang mengupayakan pembiayaan dari berbagai sumber. Porsi biaya terbesar itu ada di pembuatan konten-konten edukasinya," kata dia.

"Ini pekerjaan yg cukup besar, yaitu pemanfaatan teknologi terbaru untuk membantu transformasi pendidikan Indonesia. Maka kami perlu dukungan dan partisipasi dari banyak pihak. Terutama Kemendikbud dan sekolah yang tertarik untuk jadi pilot/tempat percobaan pertama project ini," pungkasnya.

Selain itu, Fahmi berharap, industri-industri pun diharapkan bersedia menyediakan akses ke sumber materi (misalnya mesin) untuk dijadikan bahan ajar berbasis VR pertama di Indonesia.
Sumber: detik.com

Post a Comment

0 Comments